M. Rizal Ismail (bahan khutbah)
Kemenangan dalam Islam tidak selalu berkolerasi dengan kekuasaan, jabatan, dan atribut-atribut duniawi. Kemenangan dalam Islam tidak selalu berkolerasi dengan semua kemegahan, kemewahan, kekayaan, harta, dan bentuk-bentuk yang secara manusiawi menjadi keinginan dan kehendak nafsu manusia. Terkadang kemenangan dalam Islam itu, di mata manusia yang jahil, dilihat sebagai yang hina, dan tidak rasional.
Kemenangan dalam Islam ialah ketika seseorang itu, tetap istiqomah di jalan-Nya, sampai akhir hayat. Kemenangan dalam Islam itu, ketika seseorang tetap taat, tunduk, patuh, hanya beribadah kepada Rabbul Alamin. Menjadikan Rabbul Alamin, sebagai satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi dan disembah. Tidak ada yang lain. Terakhir, kemenangan Islam itu, manakala seseorang kelak di akhirat terjauhkan dari azab api neraka.
Kemudian, seluruh hidupnya hanya diorientasikan mencari ridho-Nya. Keinginannya yang kuat tidak akan meninggalkan dienul haq (al-Islam), sampai ajal menjemputnya. Karena, hanya Islam yang dapat menyelamatkan dirinya, di akhirat, kelak. Tidak ingin termasuk orang-orang atau golongan yang disebut rugi diakhirat kelak.
Tidak sedikitpun tergoda dengan berbagai bentuk aksesoris dan gemerlapnya kehidupan dunia. Karena semua atribut dunia serta isinya, hanya akan membuat manusia sengsara, terutama manusia yang memiliki ambisi-ambisi duniawi. Tak akan pernah puas, dan terpuaskan, siapa saja yang ingin menikmati kehidupan dunia. Berupa jabatan, kekuasaan, harta, kemewahan, serta berbagai kenikmatan kehidupan. Karena, semua itu hanya akan menjadi penghalang bagi manusia menjadi dekat dengan Rabbnya.
Kemenangan dalam Islam itu, ketika semakin banyak orang yang taat kepada-Nya. Semakin sedikitnya kesyirikan. Semakin sedikitnya kemunkaran, dan kesesatan. Islam menjadi arus utama dalam kehidupan masyarakat, dan semakin nampak nilai-nilai dalam kehidupan nyata.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, tidak pernah mengajarkan umatnya mereguk kenikmatan kehidupan dunia. Semua pernik-pernik yang ada di dunia itu, hanyalah bentuk wasilah yang diberikan oleh Rabbul Alamin, agar menjadi pengingat, dan sekaligus agar manusia bersyukur, dan semakin taat, tunduk, dan patuh kepada Rabbnya. Bukan semakin menjauh, lupa, dan tidak bersyukur, dan menjadikan dunia menjadi tujuan hidupnya. Mereka yang mengejar kenikmatan dunia, pasti akan jatuh tersungkur, serta menjadi hina-dina.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, panutan yang mulia dan agung, tidak pernah tergoda sedikitpun dengan pernik-pernik dunia. Jika baginda Rasulullah Shallahu Alaihi Wasslam, tergoda dengan kehidupan dunia, maka beliau manusia yang pertama, memiliki kekuasaan, jabatan, harta, dan isteri-isteri yang paling cantik, yang pernah ditawarkan kafir Qurays. Tetapi, itu bukanlah pilihan oleh panutan yang mulia, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam.
Ketika awal dakwahnya, beliau di Makkah, sudah mendapatkan tawaran dari para pembesar kafir Qurays, agar Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, mau melakukan "tanazzul" (kompromi) dengan kafir Qurays. Tetapi, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam menolak. Segala atribut dunia ditawarkan oleh kafir Qurays. Jabatan, harta, dan wanita (Tiga T), tetapi tetap Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, lebih memilih tetap dalam ketaatannya kepada Allah Rabbul Alamin.
Beliau Shallahu Alaihi Wassalam tetap dengan sabar terus mendakwahkan agama Allah ke seluruh penduduk di jazirah Arab. Rasulullah tetap berdakwah, mendidik, mengajarkan al-Qur'an kepada masyarakat, dan dari rumah ke rumah. Sampai Allah Azza Wa Jalla mempertemukan dengan kafir Qurays dalam medan jihad, dan hanya dengan dibantu para shahabat yang jumlahnya masih sedikit.
Allah Azza Wa Jalla, memberikan kemenangan kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, yang kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Perang Badr, dan sejarah mencatatnya sebagai kemenangan pertama dalam Islam, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, mengalahkan kafir Qurays di Makkah, yang dikenal dengan "Fathul Makkah". Rasulullah tidak membuat skenario dan rencana atas kemenangannya. Tetapi, semuanya itu, yang membuat skenario adalah Allah Azza Wa Jalla.
Rasulullah Shallahu Alalihi Wassalam, hanya mengajak para shahabat, tunduk, patuh, taat serta bertaqwa kepada Allah Rabbul Alamin. Karena, hanya dengan ketaatan, ketundukan, dan serta kepatuhan kepada Allah Rabbul Alamin itu, yang akan membawa kemenangan. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, terus mengajarkan sifat taqwa dan hirsy (semangat) kepada seluruh shahabat.
Sifat taqwa dan hirsy itulah yang membawa kemenangan dalam dakwah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam. Kemenangan tidak ada kaitannya dengan sedikit atau banyaknya pengikut. Tetapi, kemenangan dalam Islam itu, sangat ditentukan sifat taqwa dan hirsy dari para shahabat. Semuanya itu dibuktikan dalam sejarah. Peristiwa yang terjadi dalam Islam, dan kemenangan Islam itu, selalu identik dengan sifat taqwa dan hirsy. Sebaliknya kekalahan dan kehinaan itu, selalu identik dengan kesarakahan dan terbuai dengan kenikmatan duniawi.
Ketika Rasulullah Shallahu masih di Thaif, dan jumlah para shahabat masih sangat sedikit, sudah meramalkan bahwa Parsia akan dikalahkan Romawi, dan Romawi akan dikalahkan oleh kaum Muslimin. Semua yang diucapkan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, selanjutnya dalam perjalanan sejarah terbukti.
Kekalahan kaum Muslimin di Eropa seperti dikisahkan dalam buku cerita yang berjudul "Granada", menggambarkan para Sultan, yang sudah dibeli oleh para Kaisar Kristen, dan mendapatkan kekuasaan, dan mereka di baptis, dan harus meninggalkan agama mereka, yang selama ini menjadi keyakinan mereka. Islam pernah berjaya selama 8 abad di daratan Eropa, dan kemudian hilang, akibat para penguasanya sudah tertipu dunia.
Ajaran yang diberikan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam tidak seperti itu, tidak pernah mengajarkan agar menukar keyakinan aqidah dengan aksesoris duniawi, yang sangat murah. Aqidah tidak dapat ditukar dan dihargai dengan uang dan kenikmatan dunia.
Semua sudah dicontohkan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, dan semua sangat nyata dalam kehidupan beliau. Rasulullah bersama Siti Khadijah, orang yang paling kaya, karena sukses dalam berdagang. Tetapi, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, manusia yang paling miskin, di saat beliau meninggal. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Sedikitpun yang bisa dinilai.
Bilal bin Rabah tak pernah mau bersedia mengikuti kafir Qurays, dan mengikuti agama mereka. Meskipun menghadapi siksaan yang amat dahsyat. Di jemur di terik matahari, dan diikat serta diseret dengan kuda di padang pasir. Tetapi, Bilal bin Rabah, tak mau menukar aqidah dengan kenikmatan dunia.
Semua sakit dan derita dijalani dengan sabar, sampai Allah Azza Wa Jalla, mentadirkan Bilal menjadi manusia yang mulia disisi-Nya. Tidak sebanding dengan wajah, pisik, kulitnya yang legam. Tetapi terompah Bilal bin Rabah sudah terdengar di surga. Betapa mulianya Bilal bin Rabah, yang bagi para pemuja dunia, kehidupan Bilal, tak masuk akal.
Nabi Nuh Alaihis Salam, berdakwah selama 950 tahun, siang dan malam, umatnya tetap ingkar. Tak banyak umatnya yang mau (istijabah) menerima dakwah Nabi Nuh Alaihis Salam, dan terus menentangnya. Bahkan, anaknya sendiri tak mau taat. Sampa Allah Azza Wa Jalla menurunkan azab kepada kaumnya, dan terjadi tsunami, yang memusnahkan kaumnya, termasuk anaknya. Apakah dakwah Nuh Alaihis Salam termasuk gagal?
Mengajak manusia kembali ke jalan Allah Rabbul Alamin, itu tidak ada korelasi dengan semua atribut dunia, berupa kekuasaan, jabatan, harta, dan kemewahan, serta pernik-pernik kehidupan.
Manusia tidak perlu menentukan kapan kemenangan. Manusia tidak perlu dengan sangat ambisius memburu kemenangan. Sampai-sampai harus mengganti dan menukar, nilai-nilai Islam dengan nilai jahiliyah dan kafir. Karena, kemenangan Islam itu tidak dapat diukur dengan banyaknya pengikut, dan jabatan dan kekuasaan yang dapat diraih. Semua itu hanyalah tipuan belaka.
Di era modern ini, manusia-manusia yang sudah terperangkap dalam sistem jahiliyah dan kafir, ingin mendapatkan jabatan, kekuasaan, dan aksesoris dunia, mereka melakukan tanazzul (kompromi), dan bahkan ada yang sampai berani menyelisihi Allah, hukum-hukum Allah, tidak berani menegakkan hukum Allah, dan bahkan mengingkari. Semuanya agar mendapatkan suara, dan banyaknya manusia yang mendukungnya.
Kemudian, mereka menjadikan musuh-musuh Allah menjadi pelindung, teman setianya, dan bahkan berwala' kepada musuh-musuh Allah. Mereka mengira musuh-musuh Allah itu akan menolong mereka, dan memenangkan mereka. Semua itu hanya tipuan belaka dari orang-orang kafir, musyrikin, yahudi dan nasrani. Mereka menjadi sekutu yahudi dan nasrani. Padahal, yahudi dan nasrani itu, golongan yang paling keras permusuhan terhadap kaum Muslimin dan Mukminin.
Tugas para pengikut Rasulullah Shallahu Alaihis Wassalam, hanyalah mendakwahkan agama-Nya kepada seluruh umat manusia. Dengan segala pengorbanan. Bukan dengan menggunakan agama menjadi alat kedok, mensiasati Allah dan Rasulnya, agar mendapatkan kemenangan dunia yang hina dina itu. Manusia-manusia yang menipu Allah Rabbul Alamin, dan mereka tidak berdakwah yang menegakkan agama-Nya, pasti akan menjadi hina.
Kewajiban seorang Mukmin hanyalan mendakwahkan agama Allah, dan membela agama-Nya. Itulah jalan kemenangan yang akan diberikan kepada Allah kepada Mukmin.
Tidak bertanazzul (berkompromi) dengan musuh-musuh Allah, yahudi dan nasrani, mengikuti ajaran mereka, dan menjadikan mereka sebagai teman setia, dan kemudian meninggalkan aqidahnya, serta mengubahnya dengan nilai-nilai jahiliyah dan kafir.
Cara-cara bertanazzul itu bukanlah jalan Islam, jalan kebenaran yang diberikan oleh Rasulllah Shallahu alaihi Wassalam. Tidak akan pernah terjadi dalam hidup ini, antara al-haq dengan al-bathil itu bisa bersatu. Wallahu'alam
0 komentar:
Posting Komentar