M. Rizal Ismail (bahan khutbah)
Ajaran sesat Syi’ah tertusuk pada jantungnya, tatkala seorang Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi’ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini.Belum sembuh borok akibat Ahmad Al Kisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah, disusul dengan bala’ susulan dengan taubatnya Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu’i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al ‘Uzma Al Burqu’i benar-benar mengguncang Syi’ah, karena ia (Al Burqu’i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu’i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi’ah kala itu.
Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja’fariyah. Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi’ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini. Dia bergabung dengan jama’ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum’at serta jama’ah di Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’.
Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya, “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu”.
Dia menulis banyak kitab, antara lain: Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi’ah dan menunjukkan kebatilannya. Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi’ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman. Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi’ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif). Al Jami’ Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul).
Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi’ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi’ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman. Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman. Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd ‘Ala Al Muraja’at dan Tadhad Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu’i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi’ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi’ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi’ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi’ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi’ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al ‘Uzma. Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu’i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia.
Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.
Akhirnya syi’ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu’i meninggal dunia setelah matinya Khumaini.
Renungkanlah bersama-sama, Syi’ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul Bait. Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan membunuh orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?! Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Ke manakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi’ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka.
Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti. Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi’ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu ‘anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan. Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu’ rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya.
Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih: Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi’in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura.
Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal ‘aqdi dan menghormati suara dan keinginannya. Begitulah Syi’ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu’ (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi’ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah. Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi’i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi’ah.
Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi’ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi’i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran. Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi’ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain.
Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya. Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid’ah dan ombak dhalalah
0 komentar:
Posting Komentar